Jumat, 24 Desember 2010

Transformasi Global

BAB I
PENDAHULUAN
Islam adalah agama yang diwahyukan Allah kepada manusia melalui Rasulullah Muhammad saw. Wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad terdiri atas dua macam yaitu wahyu yang berbentuk Al Qur’an dan wahyu yang berbentuk hadis, sunah Nabi Muhammad saw. Fungsi utama wahyu itu adalah sebagai petunjuk dan pedoman bagi manusia untuk menjalani hidupnya dalam memenuhi tugasnya sebagai khalifah.
Al Quran dijadikan sebagai sumber rujukan hidup yang pertama dan utama. Allah sw menciptakan manusia dan Dia pula yang mendidik manusia yang mana isi pendidikan itu termaktub dalam wahyu-Nya. Tidak satupun persoalan, yang luput dari jangkauan Al Qur’an. Nilai-nilai esensi dalam Al Qur’an selamanya abadi dan selalu relevan pada setiap waktu dan zaman tanpa ada perubahan sama sekali. Perubahan dimungkinkan hanya menyangkut masalah interpretasi mengenai nilai-nilai intrumental dan teknik operasional.
Nilai-nilai esensi dalam Al Qur’an selamanya abadi dan selalu relevan pada setiap waktu dan zaman termasuk didalammya masalah pendidikan. Islam selalu bertolak dari dogmatika Ilahi yang harus diyakini kebenarannya, bukan bertolak dari realitas sosiokultural manusia, Sementara pendidikan merupakan persoalan praktis, empiris, dan pragmatis. Dalam hal ini mungkinkah Islam dapat dijadikan alternatif paradigma ilmu pendidikan? Apakah masalah-masalah pendidikan yang merupakan lapangan kehidupan objektif, empiris dan praktis manusia dapat dikaji melalui postulasi Islam, termasuk didalamnya transformasi gobal, bagaimana pendidikan Islam memberi konsep?
Dalam makalah ini akan membahas tentang pendidikan Islam hubungannya dengan era tranformasi global.



BAB II
PENDIDIKAN ISLAM DAN TRANFORMASI GLOBAL
A. Pendidikan Islam
1. Pengertian Pendidikan Islam
Pemahaman tentang pendidikan Islam dapat diawali dari penelusuran pengertian pendidikan Islam, sebab dalam pengertian itu terkandung indikator-indikator esensial dalam pendidikan. Upaya penelusuran pengertian pendidikan Islam kiranya tidak salah apabila kita menggunakan metodologi simantik yang ditawarkan Izutsu. Menurut Izutsu, terdapat tiga prosedur untuk menggali hakekat sesuatu dari Al Quran yaitu memilih istilah-istilah kunci dari Al Qur’an, menentukan makna pokok dan makna nasabi, dan menyimpulkan makna istilah-istilah dengan menyajikan konsep dalam satu kesatuan.
Pengertian Etimologi Pendidikan Islam
Pendidikan dalam wacana keislaman lebih populer dengan istlah tarbiyah, ta’lim, ta’dib, riyadhah, irsyad dan tadris. Masing-masing istilah memiliki keunikan makna tersendiri ketika sebagian atau semuanya disebut bersamaan. Namun kesemuanya akan memiliki makna yang sama jika disebut salah satunya, sebab salah satu istilah itu sebenarnya mewakili istilah yang lain.
Tarbiyah
Dalam leksikal Al Quran dan As Sunnah tidak ditemukan istilah al-tarbiyah, namun terdapat beberapa istilah kunci yang seakar dengannya, yaitu al rabb, rabbayani, yurabbi dan rabbani. Dalam mu’jam bahasa Arab, kata al-tarbiyah memiliki tiga akar kebahasaan, yaitu :
a. Rabba, yurabbi, tarbiyah yang memiliki makna tambah atau berkembang sebagaimana QS. Ar Rum ayat 39. Artinya, pendidikan merupakan proses menumbuhkan dan mengembangkan apa yang ada pada diri peserta didik, baik secara fisik, psikis, sosial maupun spiritual.
b. Rabba, yurabbi, tarbiyah; yang memiliki makna tumbuh dan menjadi besar atau dewasa. Artinya, pendidikan (tarbiyah) merupakan usaha untk menumbuhkan dan mendewasakan peserta didik, baik secara fisik, psikis, sosial maupun spiritual
c. Rabba, yarubbu, tarbiyah; yang memiliki makna memperbaiki, menguasai urusan, mengasuh, mengatur dan menjaga kelestarian maupun eksistensinya. Artinya pendidikan ( tarbiyah) merupakan usaha mengasuh, merawat, memperbaiki, mengatur kehidupan peserta didik agar ia dapat survive lebih baik dalam kehidupannya.
Jika istilah tarbiyah diambil dari fi’il madhi-nya (rabbayani), maka ia memiliki arti memproduksi, mengasuh, menanggung, memberi makan, menumbuhkan, mengembangkan, memelihara, membesarkan, dan menjinakkan.
Ta’lim
Ta’lim merupakan kata benda buatan (mashdar) yang berasal dari akar kata allama. Sebagian para ahli menerjemahkan istilah tarbiyah dengan pendidikan, sedangkan ta’lim diterjemahkan dengan pengajaran, Kalimat allamhu al-ilm memiliki arti mengajarkan ilmu kepadanya. Pendidikan ( tarbiyah) tidak hanya bertumpu pada domain kognitif, tetapi juga afektif dan psikimotorik. Sementara pengajaran (ta’lim ) lebih mengarah pada aspek kognitif, seperti pengajaran mata pelajaran matematika. Pemadanan kata ini agaknya tidak selamanya relevan, sebab menurut pendapat yang lain, dalam proses ta’lim masih menggunakan domain afektif.
Menurut Muhaimin, pengajaran (ta’lim) mencakup teoritis, dan praktis, sehingga peserta didik memperoleh kebijakan dan kemahiran melaksanakan hal-hal yang mendatangkan manfaat dan menampik kemadaratan. Pengajaran ini juga mencakup ilmu pengetahuan dan hikmah (wisdom). Guru matematika misalnya, akan berusaha mengajarkan al hikmah matematika.
Ta’dib
Ta’dib lazimnya diterjemahkan dengan pendidikan sopan santun, tata krama, adab, budi pekerti, akhlak, moral, dan etika. Ta’dib yang seakar dengan adab memiliki arti pendidikan peradaban atau kebudayaan. Artinya orang berpendidikan adalah orang yang berperadaban, sebaliknya peradaban yang berkualitas dapat diraih melalui pendidikan. Menurut Naquib al-Attas, ta’dib berarti pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu didalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuatan dan keagungan Tuhan.
Seberapa pun besar perbedaan istilah yang dikemukakan oleh para ahli dalam perumusan peristilahan pendidikan Islam pada prinsipnya mereka meliliki tujuan sama. Mereka mencoba merumuskan hakekat pendidikan Islam berdasarkan ciri-ciri atau indikator yang bisa ditangkap. Berdasarkan ciri-ciri atau indikator itu mereka mengeneralisasi suatu konsep atau teori sambil menawarkan istilah yang cocok untuk digunakan dalam peristilahan pendidikan Islam. Ats dasar pemikiran ini, perumusan istilah pendidikan Islam hanyalah ijtihad yang kesemua istilah itu dapat diterima menurut perspektifnya masing-masing.
Pengertian Terminologi Pendidikan Islam
Sebelum perumusan pengertian terminologi pendidikan Islam berdasarkan berdasarkan etimologi di atas, ada baiknya dikutip beberapa pengertian pendidikan Islam terlebih dahulu yang dirumuskan oleh para ahli berikut ini :
Pertama, Muhammad SA. Ibrahim (Bangladesh) menyatakan bahwa pendidkan Islam adalah : “ Islamic education in true sense of the learn, is a system of education which enable a man to lead his life according to Islamic idiology, so that he may easily mould his life in accordance eich tenets of islam”. (Pendidikan Islam dalam pandangan yang sebenarnya adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan idiologi Islam, sehingga dengan mudah ia dapat membentuk hidupnya sesuai dengan ajaran Islam)
Kedua, Omar Muhammad al-Taoumi al-Syaibani, mendefinisikan pendidikan dengan : “ proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivias asasi dan sebagai profesi diantara profesi-profesi asasi dalam masyarakat”.
Ketiga, hasil seminar pendidikan Islam se-Indonesia tahun 1960 dirumuskan pendidkan Islam dengan : “ Bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam”.
Pendidikan Islam dibangun atas prinsip-prinsip pokok yang membentuk karakteristiknya, yaitu : 1) Penciptaan yang bertujuan, dengan maksud bahwa pendidikan merupakan bentuk ibadah dengan interaksi pada alam, manusia sebagai fokus dan keimanan sebagai tujuan. 2) Kesatuan yang menyeluruh, yaitu kesatuan perkembangan individu, masyarakat dan dunia serta kesatuan umat manusia sebagai karakteristik universalitas. Ditambah kesatuan pengetahuan yang mencakup berbagai disiplin ilmu dan seni. 3) Keseimbangan yang kokoh, yaitu keseimbangan antara teori dan penerapan, bagi individu dan masyarakat, serta antara fardhu ‘ain dan fardhu kifayah baik keagamaan maupun keduniaan
Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli diatas, serta beberapa pemahaman yang diturunkan dari beberapa istilah dalam pendidikan Islam( Tarbiyah, ta’lim dan ta’dib), maka pendidikan Islam dapat dirumuskan sebagai berikut : “ Proses terinternalisasi pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan dan pengembangan potensinya, guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat.
2. Sumber dan Dasar Pendidikan Islam
a. Sumber Pendidikan Islam
Sumber pendidikan Islam yang dimaksukan di sini adalah semua acuan atau rujukan yang darinya memancarkan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang akan ditransinternalisasikan dalam pendidikan Islam. Sumber ini tentunya telah diyakini kebenaran dan kekuatannya dalam menghantar aktivitas pendidikan dan telah teruji dari waktu kewaktu. Sumber pendidikan Islam terkadang disebut dasar ideal pendidikan Islam.
Menurut Sa’id Ismail Ali, sebagaimana yang dikutip oleh Hasan Langgulung, sumber pendidikan Islam terdiri atas enam macam, yaitu : Al Quran, As Sunnah, kata-kata sahabat, kemaslahatan umat/sosial, tradisi atau adat kebiasaan masyarakat, hasil pemikiran para ahli dalam Islam.
Sembodo mempersempit sumber pendidikan Islam yang identik dengan sumber ajaran Islam dengan tiga sumber yaitu Al Quran dan Sunnah sebagai sumber pokok, kemudian kedua sumber itu dapat dikembangkan lagi dengan sumber ketiga yaitu ijtihad sebagai antisipasi terhadap perkembangan zaman.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sumber pendidikan Islam adalah sama dengan ajaran Islam yaitu Al Quran, Sunnah dan Ijtihad.
Al Quran
Al Qur’an adalah wahyu dari Allah swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dengan perantaraan malaikat Jibril. Selama hidupnya Al Qur’an telah ditulis dengan bahan-bahan yang ada pada waktu itu seperti batu kulit, dan tulang serta dihafal oleh banyak sahabat. Setelah Nabi wafat, mulai dikerjakan pembukuannya dan baru selesai pada zaman khalifah Utsman. Al Qur’an yang kita baca adalah menurut pembukuan tersebut.
Islam adalah agama yang diwahyukan Allah kepada manusia melalui Rasulullah Muhammad saw. Wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad terdiri atas dua macam yaitu wahyu yang berbentuk Al Qur’an dan wahyu yang berbentuk hadis, sunah Nabi Muhammad saw. Wahyu tersebut selanjutnya disusun manusia dalam sebuah kitab yang juga dikenal dengan Al Qur’an. Fungsi utama wahyu itu adalah sebagai petunjuk dan pedoman bagi manusia untuk menjalani hidupnya dalam memenuhi tugasnya sebagai khalifah.
Al Qur’an Surat Al Isro’ ayat 9; menjelaskan

“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”.(Q.S. Al Isro’ : 9)

Al Qur.an dijadikan sebagai sumber rujukan hidup yang pertama dan utama, karena ia memiliki nilai absolut yang diturunkan dari Allah. Allah SWT menciptakan manusia dan Dia pula yang mendidik manusia yang mana isi pendidikan itu termaktub dalam wahyu-Nya. Tidak satupun persoalan, yang luput dari jangkauan Al Qur’an. Hal ini dijelaskan Allah dalam Al Qur’an Surat al An’am ayat 38 : “ Tiada kami alpakan sesuatupun didalam Al Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.
Para ulama dalam menetapkan Al Quran sebagai dasar pemikiran dalam pembinaan pendidikan Islam, memberikan tekanan-tekanan tersendiri untuk memperkokoh landasannya. Abu Hasan Al-Nadwi misalnya yang dikutip oleh Sembodo menegaskan : ”pendidikan dan pengajaran umat Islam itu haruslah bersumber pada akidah islamiyah. Sekiranya pendidikan umat Islam itu tidak didasarkan pada akidah yang bersumber pada Al Quran, maka pendidikan itu bukanlah Pendidikan Islam”.
Sunnah
Sumber pendidikan Islam yang kedua adalah Sunah (hadis) , yaitu segala suatu yang dinukilkan kepada Nabi Muhammad Saw baik itu berupa perkataan, perbuatan dan taqrirnya.
Para pakar bersepakat dengan menggunakan berbagai tolak ukur untuk mengakui Muhammad sebagai manusia teragung yang pernah dikenal oleh sejarah kemanusiaan. Bahkan Robert L. Gullick dalam Muhammad the educator menyatakan : “Muhammad betul-betul seorang pendidik yang membimbing manusia menuju kemerdekaan dan kebahagiaan yang lebih besar dan melahirkan ketertiban dan stabilitas yang mendorong perkembangan budaya Islam, revolusi sesuatu yang mempunyai tempo tak tertandingi dan gairah yang menantang dari sudut pragmatis, seseorang yang mengangkat prilaku manusia adalah pangeran diantara para Pendidik”.
Ijtihad
Ijtihad merupakan sumber ketiga dalam Pendidikan Islam. Ijtihad menjad penting dalam penddikan Islam ketika suasana pendidikan mengalami status Quo, jumud dan stagnan. Tujuan dilakukan ijtihad dalam pendidikan Islam adalah ntuk dinamisasi, inovasi dan modernisasi pendidikan agar diperoleh masa depan pendidikan yang lebih aspiratif, berkualitas dan dapat mengatasi permasalahan zaman.
b. Dasar Pendidikan Islam
Dasar pendidikan Islam merupakan landasan operasional yang dijadikan untuk merealisasikan dasar/sumber pendidikan Islam. Ada tujuh dasar operasional pendidikan Islam, yaitu : historis, sosiologis, ekonomis, politik dan administrasi, psikilogis, filosifis, dan agama.
3. Tugas dan Fungsi Pendidikan Islam
a. Tugas Pendidkan Islam
Pendidikan merupakan proses pengembangan individu secara menyeluruh didalam pusat sosialnya. Pendidikan merupakan proses persiapan untuk hidup melalui kehidupan itu sendiri dimana aspek-aspek fisik, intelektual dan spiritual individu diperhatikan. Tugas pendidikan dimulai dari keluarga yang berkewajiban mentrasfer pengalaman kepada anak untuk selanjutnya dapat membuka jalan hidupnya sendiri. Pendidikan perlu mempersiapkan generasi untuk hidup dimasa kini secara sempurna seraya memberinya kemungkinan untuk menggairahkan masa depan. Dengan makna demikian, pendidikan dipandang sebagai seni mentransfer warisan dan ilmu membangun masa depan.
Demikian pula dengan tugas pendidikan Islam senantiasa bersambung dan tanpa batas. Hal ini karena hakekat pendidikan Islam merupakan proses tanpa akhir sejalan dengan konsensus universal yang ditetapkan oleh Allah dan rasul-Nya. Tugas pendidikan Islam pada hakekatnya tertumpu pada dua aspek, yaitu pendidikan tauhid dan pendidikan pengembangan tabiat peserta didik.
Beberapa uraian tugas pokok pendidikan Islam dijelaskan oleh Abdul Mujib sebagai berikut : membantu pembinaan peserta didik pada ketakwaan dan berakhlak karimah yang dijabarkan dalam pembinaan kompetensi enam aspek keimanan, lima aspek keislaman dan multi aspek keikhsanan.

b. Fungsi Pendidikan Islam
Menurut Hasan Langgulung fungsi pendidikan Islam terbagi menjadi tiga bagian. Ketiga fungsi pendidikan Islam adalam pendidikan Islam dipandang sebagai pengembangan potensi diri manusia, pendidikan Islam dipandang sebagai pemelihara dan pewaris budaya, dan pendidikan Islam dipandang sebagai alat transformasi budaya.
Pendidikan Islam dipandang sebagai pengembang potensi individu
Prinsip utama dari konsep pendidikan yang berpusat pada anak ini adalah untuk memelihara “keseluruhan“ anak, khususnya apa yang kreatif dan spontanitas dalam dirinya. Ide ini akan memposisikan anak kedalam pusat aktivitas pendidikan dan membiarkannya bebas mengembangkan diri sebagai personalia yang unik. Titik pandang dalam masalah ini diimplementasikan dengan memusatkan usaha-usaha pendidikan pada pengembangan semua kekuatan individual, khususnya imajinasinya yang kreatif, kebebasan, independensi, kemandirian dalam meneliti, dan kekuatan-kekuatan fisik serta emosinya. Pendidikan berusaha untuk menampakkan (aktualisasi) potensi-potensi laten yang dimiliki oleh setiap peserta didik.
Dalam Islam, potensi laten yang dimiliki manusia banyak ragamnya. Abdul Mujib menyebutkan delapan macam potensi bawaan manusia, yaitu : Al-Fitrah (citra asli), struktur tubuh, al-Hayah (vitality), al-Khuluq (karakter), al-Thab’u (tabi’at), al-Sajiah (bakat), al-Sifat (sifat-sifat), al-Amal (perilaku),
Pendidikan dipandang sebagai pemelihara dan pewaris kebudayaan
Fungsi pendidikan senantiasa memelihara dan mewariskan tradisi-tradisi kultural (budaya) yang memiliki akar-akar pembentukannya. Kontinuitas budaya akan memungkinkan terwujud hanya jika pendidikan memelihara warisan budaya dengan meneruskan kebenara-kebenaran yang telah dihasilkan pada masa lampau kepada generasi baru, mengembangkan suatu background dan loyalitas-loyalitas kultural.
Fungsi pendidikan Islam sebagai realisasi dari pengertian Tarbiyah al-Tabligh ( menyampaikan atau transformasi kebudayaan). Fungsi pendidikan selanjutnya adalah mewariskan nilai-nilai budaya Islami. Hal ini karena kebudayaan Islam akan mati bila nilai-nilai dan norma-normanya tidak berfungsi dan belum sempat diwariskan pada generasi berikutnya.
Dalam pandangan Islam, sumber nilai budaya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu : nilai Ilahiyah ; nilai yang dititahkan Allah Swt melalui para Rasul-Nya yang diabadikan pada wahyu. Inti nilai ini iman dan takwa. Pelaku pendidikan memiliki fungsi menginterpretasikan nilai-nilai tersebut, agar nilai-nilai itu dapat diaplikasikan dalam kehidupan, nilai Insaniyah ; nilai yang tumbuh atas kesepakatan manusia serta hidup dan berkembang dari peradapan manusia. Nilai ini bersifat dinamis, yang keberlakuannya relatif dan dibatasi oleh ruang dan waktu.
Pendidikan Islam dipandang sebagai alat transformasi budaya
Pendidikan dalam Islam pada hakekatnya merupakan pendidikan yang berdasarkan al Quran dan Sunnah Rasul, bertujuan untuk membantu perkembangan manusia menjadi lebih baik. Fungsi pendidikan dalam Islam sebagai alat transformasi budaya dalam Islam. Fungsi ini terjadi karena melalui pendidikan, ilmu pengetahuan, budaya dan kebenaran Islam dapat ajarkan.
Globalisasi, sebagai relitas yang tidak dapat dielakkan akan diakomodasi sepanjang tidak menghilangkan bangunan, sendi-sendi ajaran Islam. Pendidikan Islam merupakan alat yang sangat tepat dan efektif mempersiapkan anak didik dalam menghadapi tantangan dan budaya global. Prinsip pendidikan Islam dalam menghadapi globalisasi adalah :

المحافظة على القديم الصالح والأخذ بالجديد الأصلح
Prinsip ini merepresantasikan cara pendidikan Islam terhadap perubahan. Hal menunjukkan bahwa pendidikan Islam sangat akomodatif terhadap perkembangan zaman. Prinsip kontinuitas menjadi sandaran utama, sedangkan pembaharuan menempati posisi sekunder sepanjang masih mengandung nilai-nilai yang lebih baik dibanding dengan nilai-nilai yang telah mapan.
B. Globalisasi
Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang dan akan mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia umumnya atau pendidikan Islam. Masyarakat muslim tidak dapat menghindarkan diri dari proses globalisasi tersebut, apabila ingin survive dan berjaya ditengah-tengah perkembangan dunia yang kian kompetitif.
1. Pengertian Globalisasi
Tidak ada definisi globalisasi yang tepat yang diepakati para ahli. Globalisasi dapat dipahami dalam pemahaman yang beragam sebagai kedekatan jarak, ruangan, waktu yang menyempit, pengaruh yang cepat dan dunia yang menyempit. Globalisasi juga diartikan sebagai eliminasi batas-batas teritorial antara bangsa dengan bangsa yang lain, antara tanah air yang satu dengan tanah air yang lain, antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain. Globalisasi juga mengandung arti menghilangkan batas-batas kenasionalan dalam bidang ekonomi (perdagangan), dan membiarkan sesuatu bebas melintas dunia dan menembus level internasional, sehingga terancamlah nasib suatu bangsa atau negara. Hal ini terjadi dikarenakan adanya perkembangan secara pesat teknologi komunikasi, transformasi dan informasi.
Menurut Muqtader Khan sebagaimana yang dikutip oleh Qodri Azizy, globalisasi adalah sesuatu gejala yang terdiri dari tiga perkembangan utama. Pertama adalah globalisasi modal dan integrasi ekonomi menjadi pusat pasar tunggal. Kedua, perkembangan teknologi transportasi dan komunikasi yang membuat ruang menjadi cepat tidak relevan Dan Ketiga konvergensi kepentingan diantara kelompok-kelompok dan timbulnya korporasi multinasional yang memadukan kembali kekuatan-kekuatan sosial pada tingkat global.
2. Pengaruh Globalisasi
.Globalisasi mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek kehidupan, baik aspek soaaial, polotik, ekonomi, budaya dan lain-lain. Dalam hal ini globalisasi telah mengubah kehidupan sehari-hari terutama dirasakan sekali oleh negara berkembang dan pada saat yang sama telah menciptakan sistem-sistem dan kekuatan-kekuatan trens nasional baru.
Betapapun, harus diakui bahwa banyak dampak positif yang diakibatkan globalisasi. Namun Ketergantungan global dunia ketiga dewasa ini adalah satu kenyataan yang merisaukan. Arus infomasi global yang ada ternyata tdak seimbang dengan dimonasi informasi dari budaya barat. Keadaan ini menimbulkan dominasi kultural atau budaya. Globalisasi berimplikasi westernisasi yang berakibat budaya lain inferior dan tergilas.
Pengaruh mereka di segala bidang terhadap negara-negara berkembang yang baru terlepas dari belenggu penjajahan berdampak positif dan negatif sekaligus. Berdampak positif, karena pada beberapa segi ikut mendorong negara-negara baru berkembang untuk maju secara teknis, serta menjadi lebih sejahtera secara material. Sedangkan dampak negatifnya antara lain berupa: (1) munculnya teknokrasi dan tirani yang sangat berkuasa dan; (2) didukung oleh alat-alat teknik modern dan persenjataan yang canggih.



BAB III
PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRANFORMASI GLOBAL
Awal abad ke-21 ini ditandai oleh perubahan yang mencengangkan. Kenyataan tersebut telah menghadapkan masalah agama kepada suatu kesadaran kolektif, bahwa penyesuaian struktural dan kultural pemahaman agama adalah suatu keharusan. Hal ini hendaknya tidak dilihat sebagai suatu upaya untuk menyeret agama, untuk kemudian diletakkan dalam posisi sub-ordinate dalam hubungannya dengan perkembangan sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang sedemikian cepat itu. Alih-alih, hal itu hendaknya dipahami sebagai usaha untuk menengok kembali keberagaman masyarakat beragama. Dengan demikian revitalisasi kehidupan keberagamaan tidak kehilangan konteks dan makna empiriknya. Keharusan tersebut dapat juga diartikan sebagai jawaban masyarakat beragama terhadap perubahan yang terjadi secara cepat.
Globalisasi berpandangan bahwa dunia didominasi oleh perekonomian dan munculnya hegemoni pasar dunia kapitalis dan ideologi neoliberal yang menopangnya. Untuk mengimbangi derasnya arus globalisasi perlu dikembangkan dan ditanamkan karakter nasionalisme guna menghadapi dampak negatif dari arus globalisasi.
A. Pendidikan Islam dan tantangan global
Pendidkan dewasa ini menghadapi banyak tantangan yang berusaha mengancan keberadaannya. Tantangan tersebut merupakan bagian dari sekian banyak tantangan global yang memerangi kebudayaan Islam dan kadang-kadang tampak dalam kedok politik, pendudukan militer dan perang kebudayaan. Semuanya seperti terjalin dalam satu kekuatan yang berupaya memperdaya Islam dan pemeluknya.
Tantangan manusia pada millenium ke-3 ini akan terfokus pada berbagai aspek kompleks. Khusus dibidang pendidikan Aly dan Munzier menyebutkan bahwa tantangan pendidikan Islam terbagi atas 2, yaitu tantangan dari luar, yaitu berupa pertentangan dengan kebudayaan Barat abad ke-20 dan dari dalam Islam itu sendiri, berupa kejumudan produktivitas keislaman
Globalisasi adalah suatu keniscayaan, dan kita sulit untuk berkelit dan atau menghindarinya, kita mesti merespons globalisasi dan tidak sekedar defensif (bertahan) akan tetapi diperlukan keberanian untuk bersikap ofensif (membuka diri dan bahkan progresif).
Meskipun pada umumnya umat Islam dan dunia berkembang lainnya merasa dirinya sebagai korban atau mangsa, sedang barat dianggap sebagai pemenangnya. Memang, globalisasi telah menyentuh hampir seluruh aspekm kehidupan kita. Gejala globalisasi setidaknya meliputi globalisasi ekonomi, informasi, politik dan agama sekalipun.
Untuk itulah umat Islam bukan saja dituntut untuk melakukan perlawanan terhadap dampak negatif globalisasi seperti gejala kemiskinan, ketimpangan dan erosi budaya lokal oleh budaya global, dekadensi moral lebih dari itu, kita mesti mengapresiasi dan mengelaborasi globalisasi tersebut. Umat Islam harus bergerak maju dan mampu menjadi pelaku globalisasi.
Peradaban global yang ditandai dengan derasnya teknologi informasi, adalah tantangan bagi kaum Muslim untuk terus ikut ambil bagian dalam mengisi sejarah peradaban manusia. Jika sebagian kalangan khawatir akan dampak negatif dari teknologi informasi, hendaknya kita tidak boleh tinggal diam mengisinya dengan teknologi yang lebih besar positifnya. Generasi masa depan, selain berbekal Iptek yang memadai juga harus kuat iman dan takwanya (Imtak). Melalui penguasaan Iptek dan kekuatan imtak, akan lahir generasi-generasi muda produktif yang mampu memajukan peradaban untuk kesejahteraan dan kemaslahatan umat manusia. Kemajuan umat Islam masa depan semata-mata terletak pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Semua yang di hasilkan dari inovasi Iptek harus kita letakkan secara proporsional: tidak hanya berdimensi duniawi, tetapi juga berdimensi ukhrawi. Hal ini dapat kita capai jika semua itu kita akui sebagai sebentuk kekuasaan Tuhan. Katakanlah, “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman,” (QS Yunus [10]: 101). Kemajuan Iptek harus mendorong keberimanan dan kesalehan umat manusia. Sebab, hanya manusia-manusia salehlah yang bisa berbuat baik terhadap sesama manusia.
B. Pendidikan Islam dalam menghadapi tranformasi global
Respon masyarakat dunia menghadapi arus globalisasi memang bermacam-macam, ada yang secara a priori menolak apa saja yang datang dari Barat dan negara-negara industri maju. Sedangkan yang lain lagi secara bersemangat menerimanya tanpa batas dan tanpa syarat. Bagi umat Islam, sejalan dengan pesan-pesan agamanya, seharusnya kita bersikap, tidak begitu saja menerima semua pemikiran secara keseluruhan, dan juga tidak begitu saja menolaknya secara keseluruhan, kita dapat mengambil mana yang memberi manfaat dan maslahah, dan menolak mana yang merugikan.
Pendidikan merupakan sarana yang paling efektif dalam menghadapi globalisasi dunia, melalui pendidikan baik dirumah, sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat, dengan berbagai metode, cara dan geraknya. Dalam hal ini pendidikan agama mempunyai peran yang sangat penting sebagai landasan nilai dan moral anak didik, agar pengaruh negatif efek globalisasi dapat dihindarkan.
Dalam menghadapi globalisasi perlu kiranya mempersiapkan SDM yang tangguh dalam merespon globalisasi tersebut. SDM yang tangguh dan handal tersebut dalam artian memiliki penguasaan sains dan teknologi. Penguasaan ilmu-ilmu humaniora dan ilmu-ilmu sosial juga termasuk didalammya. Tangungjawa, kerja keras tentu sangat penting artinya dalam mempersiapkan generasi yang cerdas dan tangguh. Semua itu harus dilandasi dan dimotivasi oleh ajaran agama.
Abdul Rachman Shaleh menyatakan bahwa untuk menjawab tantangan dan menghadapi tuntutan pembangunan pada era globalisasi diisyaratkan dan diperlukan kesiapan dan lahirnya masyarakat modern Indonesia. Aspek yang spektakuler dalam masyarakat modern adalah penggantian teknik produksi dari cara tradisional ke cara modern yang ditampung dalam pengertian revolusi industri. Secara keliru sering dikira bahwa modernisasi hanyalah aspek industri dan teknologi saja. Padahal secara umum dapat dikatakan bahwa modernisasi masyarakat adalah penerapan pengetahuan ilmiah yang ada kepada semua aktivitas dan semua aspek hidup masyarakat.
Pendidikan sering dikatakan sebagai seni pembentukan masa depan. Ini tidak hanya terkait dengan manusia seperti apa yang diharapkan di masa depan, tetapi juga dengan proses seperti yang akan diberlakukan dimasa yang akan datang. Baik dalam konteks peserta didik maupun proses, pendidikan perlu memperhatikan relitas sekarang untuk menyusun format langkah-langkah yang akan diberlakukan.
Sebagai agen perubahan sosial, pendidikan Islam yang berada dalam atmosfir modernisasi dan globalisasi dewasa ini dituntut untuk mampu memainkan perannya secara dinamis dan proaktif. Kehadirannya diharapkan mampu membawa perubahan dan kontribusi yang berarti bagi perbaikan umat Islam, baik pada tataran intelektual teoritis maupun praktis. Pendidikan Islam bukan sekadar proses penanaman nilai moral untuk membentengi diri dari ekses negatif globalisasi. Tetapi yang paling penting adalah bagaimana nilai-nilai moral yang telah ditanamkan pendidikan Islam tersebut mampu berperan sebagai kekuatan pembebas (liberating force) dari himpitan kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan sosial budaya dan ekonomi.
Melalui pendidikan Islam, ilmu sosial profetik yang dibangun dari ajaran Islam, dapat dikaji dan dikembangkan kepada peserta didik. Jika ilmu sosial profetik telah menginternal kedalam tubuh peserta didik dan lebih luas kepada masyarakat, maka masyarakat akan mampu mengambil manfaat dari pengaruh globalisasi dengan penguasaan sains dan teknologinya, namun tetap berpegang teguh pada tradisi dan nilai nilai luhur kepribadian Islam. Sehingga diharapkan sumber daya-sumber daya manusia yang muncul di masyarakat akan unggul dan berprestasi dalam teknologi, santun, berbudi pekerti luhur, dan berakhlakul karimah.







BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas, dapat penulis simpulkan sebagai berikut :
1. Pendidikan Islam dapat dirumuskan sebagai proses terinternalisasi pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan dan pengembangan potensinya, guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat.
2. Sumber atau dasar ideal Pendidikan Islam adalah Al Quran, Sunnah dan Ijtihad.
3. Tugas pokok pendidikan Islam adalah membantu pembinaan peserta didik pada ketakwaan dan berakhlak karimah yang dijabarkan dalam pembinaan kompetensi enam aspek keimanan, lima aspek keislamandan multi aspek keikhsanan.
4. Fungsi pendidikan Islam terbagi menjadi tiga bagian, yaitu pendidikan Islam dipandang sebagai pengembanang potensi diri manusia, pendidikan Islam dipandang sebagai pemelihara dan pewaris budaya, dan pendidikan Islam dipandang sebagai alat transformasi budaya.
5. Dalam menyikapi isu globalisasi umat Islam terbagi dalam tiga kelompok, yaitu menerima secara mutlak, menolak sama sekali, dan menyikapi secara proposional
6. Pendidikan Islam merupakan sarana yang paling efektif dalam menghadapi globalisasi dunia.
7. Era globalisasi memunculkan era kompetisi yang berbicara keunggulan, hanya manusia unggul yang akan survive di dalam kehidupan yang penuh persaingan.
B. Penutup
Demikian makalah revisi ini kami susun sebagai tugas Mata kuliah Transformasi Global dengan dosen Pengampu Bapak Drs. Muslih MZ, MA, Ph.D Program Pasca Sarjana IAIN Walisongo Semarang tahun akademik 2008/2009 semester II.
Kami menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangsempurnaan dalam penyusunan makalah ini bahkan mungkin jauh dari harapan yang di maksud oleh dosen pengampu. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun kami harapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang
Daftar Pustaka
Al Qur’an dan terjemahnya, Jakarta, Depag RI,1995/1996
Al-Naquib al-Attas, Muhammad, Konsep Pendidikan Dalam Islam, terj.Haidar Bagir , Bandung, Mizan, 1992.
Arifin HM, Kapita Selekta Pendidkan Islam dan Umum, Jakarta : Bumi Aksara, 1991.
………… , Flsafat Pendidikan Islam,Jakarta, Bina Aksara, 1987
Ardi Widodo, Sembodo, Kajian Filsafat Pendidikan Barat Dan Islam, Jakarta: PT.Nimas Multima, 2008
Azizy, Qodri, Membangun Integritas Bangsa, Jakarta : Renaisan, 2008
Langgulung, Hasan, Beberapa Pemikiran Islam, Bandung, al-Ma’arif, 1980.
............................. , Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta : al-Husna, 1988.
............................. , Pendidikan Islam menghadapi Abad ke-21, ( Jakarta : Pustaka al-Husna, 1988
Mas’ud, Abdurrahman, Menuju Paradigma Islam Humanis, Yogyakarta : Gama Media, 2003
Mulkan, Abdul Munir, Masalah-masalah TEOLOGI DAN FIQIH dalam Tarjih Muhammadiyah, Yogyakarta, SIPRESS, 1994.
Mujib,Abdul, et.al , Ilmu Pendidikan Islam ,Jakarta, Kencana Prenada Media, 2006.
Mujib, Abdul, Kepribadian dalam Psikologi Islam, Jakarta, Rajawali Press, 2006.
Muhammad Mukarram ibn Manzhur, Abu al-Fadhl al-Din, Lisan al Arab, Bairut, Dar Ahya’, tt, jilid V
Muhtarom, Reproduksi Ulama di Era Globlalisasi Resistansi Tradisional Islam, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005.
Muhthar, Atho, Pendekatan Studi Islam dalam teori dan praktek, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1998.
Marfu’ah, Enis, Pengaruh Globalisasi terhadap Pendidikan , dalam Kapita Selekta Pendidikan Islam, Bandung, Angkasa, 2003
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: YP3A, 1973.
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam diSekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi, Jakarta : Rajawali Press, 2005.
Muhajir, Noeng, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial, Suatu Teori Pendidikan, Yogyakarta, Rake Sarasin, 1987
Muhammad al-Toumi al-Syaibani, Omar, Falsafat Pendidkan Islam , terj Hasan Langgulung , Jakarta: Bulan Bintang, 1979..
Noer Aly, Hery dan H. Munzier S, Watak Pendidikan Islam, Jakarta, Friska Agung Insani, 2008.
Qardhawi, Yusuf, Ummat Islam Menyongsong Abad 21,( Ummatan Baina Qarnain), Jakarta : Era Intermedia, 2001..
…........................, Islam Dan Globalisasi Dunia, Jakarta: Pustaka al Kautsar, tt.
Rasyidi, Koreksi terhadap Dr. Harun Nasution tentang “Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya”, Jakarta, PT Bulan Bintang, 1989.
Rakhmat, Jalaluddin, Konsep-konsep Antropologi,dalam Budhy Munawar Rachman, Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam sejarah, Jakarta, Paramadina, 1995.
.............................., Islam Alternatif, Bandung,: Mizan, 1991.
Shaleh,Abdur Rahman, Pendidikan Agama dan Keagamaan : Visi, Misi dan Aksi. Jakarta : Gemawindu Pancaperkasa, 2000
Shihab, Quraish, Wawasan Al Qur’an, Jakarta , Mizan, 1996.
Thoha, Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1996.
Zuhdi, Masjfuk, Pengantar Ilmu Hadits, Surabaya: Pustaka Progresif, 1978.
Hasan, Thalhah, Membangun Citra Peradaban Islam melalui Pendidikan , dalam , http://mukhlason.multiply.com/journal/item/5/MEMBANGUN_CITRA_PERAB-AN_ISLAM_MELALUI_PENDIDIKAN
Komara, Endang, Peran Pendidikan Islam dalam Era Globalisasi, dalam http://www.geocities.com/endang.komara/PERAN_PENDIDIKAN_ISLAM_DALAM_ERA_GLOBALISASI.htm
Suherlan, Ian, Penguasaan Iptek Untuk Kompetisi Global, dalam http://www.cmm.or.id/cmm-ind_more.php ?id=A3856_0_3_0_M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar